Rabu, 13 April 2011

Proposal



ISI

1.      JUDUL KEGIATAN
Pendidikan Kesehatan tentang Pentingnya Cuci Tangan  Pakai Sabun (CTPS) bagi Siswa SD di daerah 7 Ulu Kecamatan  Seberang Ulu 1, Kertapati.

2.      ANALISA SITUASI
Sehat adalah sebuah investasi, aset, dan hal yang paling berharga bagi setiap individu. Sehat merupakan starting point untuk pembangunan suatu negara, dan anak-anak merupakan salah satu modal dalam pembangunan suatu bangsa. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa dan merupakan agen perubahan, namun kenyataannya anak-anak di Indonesia saat ini masih memiliki banyak masalah dengan kesehatannya. Penyakit menular seperti Diare, ISPA, dan Infeksi Cacing merupakan salah satu masalah kesehatan bagi anak-anak di Indonesia sebab Infeksi Cacing misalnya diderita oleh anak-anak dengan prevalensi pada semua umur sebesar 40%-60%, sedangkan untuk murid Sekolah Dasar sebesar 60%-80%.
Menurut UNICEF (Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Urusan Anak) bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena Diare dan di Indonesia, setiap tahun terdapat 100.000 balita meninggal karena diare. Pada tahun 2008 juga terjadi KLB Diare di 15 provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus sebanyak 8.443 orang dan jumlah kematian sebesar 209 orang atau CFR 2,48%. Penyakit ISPA diperkirakan diderita 10% dari populasi penduduk Indonesia dan disinyalir sebagai penyebab kematian pada anak-anak Indonesia. Hal ini didasari karena dari 4 jumlah kematian anak, 1 diantaranya disebabkan oleh ISPA. (Profil Kesehatan Indonesia, 2009)
Anak-anak usia sekolah dasar di berbagai tempat merupakan golongan yang memiliki peluang besar untuk terpapar dengan penyakit-penyakit tersebut, karena dalam usia-usia ini anak-anak dalam fase bermain, dan masih kurang mengetahui bahaya-bahaya dari hal-hal dari hal kecil hingga hal besar yang mengancam kesehatan dan keselamatannya. Termasuk juga anak-anak sekolah dasar di daerah 7 Ulu kecamatan Seberang Ulu 1. Hingga saat ini tindakan promotif dan preventif dalam mencegah timbulnya penyakit diare, ISPA, atau infeksi karena cacing masih sangat kurang sedangkan angka kesakitan penyakit ini juga masih tinggi pada usia anak-anak sekolah dasar di daerah tersebut.
Tangan merupakan media yang sangat potensial dalam penyebaran penyakit, terutama penyakit-penyakit tersebut di atas. Dalam segala aktivitasnya anak-anak menggunakan tangannya untuk berbagai hal, seperti menulis, bermain bola, mengambil makanan, bermain cetak-cetakan tanah, dan sebagainya. Dalam berbagai aktivitas tersebut, kebersihan tangan tidak begitu mereka pedulikan, padahal hal terbutlah pemicu pendominasi sakit pada anak, karena melalui tangan berbagai bakteri, virus dan kuman-kuman penyebab penyakit dapat masuk ke dalam tubuh.
Oleh karena itu perlu diupayakan suatu tindakan yang melibatkan semua potensi sebagai agen perubahan yang mempunyai peran dalam membentuk perilaku sanitasi mandiri untuk hidup bersih dan sehat, serta dengan melibatkan orang tua dan mengajak berbagai komponen masyarakat lainnya untuk berpartisipasi dalam menerapkan perilaku hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hal tersebut maka melaui Pendidikan Kesehatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di  harapkan anak-anak sebagai bagian dari komunitas yang paling bersemangat, antusias, dan terbuka terhadap ide-ide baru dapat bertindak sebagai agen perubahan menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang mandiri.

3.      IDENTIFIKASI DAN PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Analisa Situasi yang telah diuraikan di atas, terlihat bahwa kondisi sanitasi di Kelurahan 7 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 masih rendah, hal ini terbukti dengan masih rendahnya akses mengenai kesahatan, yang terwujud dalam pola prilaku dan sikap kurang peduli. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan. Bentuk intervensi yang dapat dilakukan sebagai upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku dalam menumbuhkan kesadaran murid Sekolah Dasar di Kelurahan 7 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 dan para orang tua dan guru, yakni dengan melalui metode penyuluhan.

4.      KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku murid Sekolah Dasar di Kelurahan 7 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1, Kertapati mengenai pentingnya perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), maka perlu adanya pemberian intervensi berupa metode penyuluhan melalui model pendampingan dengan menyediakan sarana dan prasarana serta media promosi kesehatan yang berupa poster/leaflet dan “healty talking” mengenai Cuci Tanga Pakai Sabun yang sangat berguna dalam meningkatkan terjadinya perubahan perilaku pada anak-anak usia sekolah dasar sebagai bagian dari pembentukan karakter atau pola kebiasaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan adanya Pendidikan Kesehatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) diharapkan dapat berdampak positif terhadap penurunan kasus diare, ISPA, dan infeksi karena cacing pada anak-anak sekolah dasar di Kelurahan 7 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1, Kertapati melalui suatu bentuk perilaku yang mudah, murah, sederhana dan terjangkau serta cost effective dalam upaya mencegah terjadinya berbagai penyakit menular lainnya.
Adapun langkah-langkah kegiatan yang akan dilakukan ddalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
            Langkah 1
Mengumpulkan pelaksana Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang berasal dari beberapa sekolah dasar yang berdomisili di Kelurahan 7 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1 untuk selanjutnya diberi pengarahan tentang maksud, tujuan dan manfaat dari pelaksanaan kegiatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang akan dilaksanakan lebih kurang 8 bulan di sekolah masing-masing. Hal ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi dan tata cara dalam pelaksanaan kegiatan tersebut agar dapat terselenggara seperti yang diharapkan.
Langkah 2
Merumuskan rencana kerja dari pelaksanaan Pendidikan Kesehatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) serta mempersiapkan sarana media lainnya seperti poster/leaflet dan “Healthy Talking”. Selain itu juga perlu dipersiapkan bahan-bahan seperti sabun, handuk serta baskom yang akan digunakan bagi anak-anak dalam pelaksanaan kegiatan ini.
Langkah 3
Sebelum diberikan perlakuan intervensi dalam kegiatan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), maka terlebih dahulu harus mengukur tingkat pengetahuuan, sikap dan perilaku anak-anak dengan menggunakan alat ukur berupa kuisioner dan cheklist yang valid dan reliablle.
Langkah 4
Selama dalam waktu tertentu para siswa diberikan penyuluhan dan bimbingan mengenai tata cara dan dampak dari perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) , serta dengan memberikan informasi tambahan melalui poster/leaflet dan membiasakan para siswa mendengarkan lagu-lagu yang dapat memotivasi untuk Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada setiap jam istirahat melalui “Healty Talking”.
Langkah 5
Mengukur ulang tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku para murid sekolah dasar dengan menggunakan alat ukur berupa kuisioner yang sudah dipersiapkan setelah diberikan beberapa perlakuan dalam kegiatan perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun.
Langkah 6
Merekapitulasi hasil evaluasi untuk mengukur keberhasilan dari kegiatan Pendidikan Kesehatan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) di lingkungan sekolah dasar Kelurahan 7 Ulu Kecamatan Seberang Ulu 1, Kertapati.

Rabu, 02 Februari 2011

ASKEP APENDISITIS ( USUS BUNTU )

A. Definisi.a. Appendiks adalah organ tambahan kecil yang menyerupai jari, melekat pada sekum tepat dibawah katup ileocecal ( Brunner dan Sudarth, 2002 hal 1097 ).
b. Appendicitis adalah peradangan dari appendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. (Arif Mansjoer ddk 2000 hal 307 ).
c. Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. (Anonim, Apendisitis, 2007)
B. Etiologi.
Appendicitis belum ada penyebab yang pasti atau spesifik tetapi ada factor-faktor prediposisi yang menyertai. Factor tersering yang muncul adalah obtruksi lumen.
1. Pada umumnya obstruksi ini terjadi karena :
a. Hiperplasia dari folikel limfoid, ini merupakan penyebab terbanyak.
b. Adanya faekolit dalam lumen appendiks.
c. Adanya benda asing seperti biji – bijian. Seperti biji Lombok, biji jeruk dll.
d. Striktura lumen karena fibrosa akibat peradangan sebelumnya
2. Infeksi kuman dari colon yang paling sering adalah E. Coli dan streptococcus
3. Laki – laki lebih banyak dari wanita. Yang terbanyak pada umur 15 – 30 tahun (remaja dewasa). Ini disebabkan oleh karena peningkatan jaringan limpoid pada masa tersebut.
4. Tergantung pada bentuk appendiks
5. Appendik yang terlalu panjang.
6. Messo appendiks yang pendek.
7. Penonjolan jaringan limpoid dalam lumen appendiks.
8. Kelainan katup di pangkal appendiks.
C. Klasifikasi
Klasifikasi Apendisitis ada 2 :
a. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.
b. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua.
D. Patofisiologi
Apendiks terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat kemungkinan oleh fekolit (massa keras dari faeces) atau benda asing. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam terlokalisasi dalam kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya apendiks yang terinflamasi berisi pus.
E. Manifestasi Klinis
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
Gejala apendisitis ditegakkan dengan anamnese, ada 4 hal yang penting adalah: Nyeri mula-mula di epigastrium (nyeri viseral) yang beberapa waktu kemudian menjalar ke perut kanan bawah. Muntah oleh karena nyeri viseral. Panas (karena kuman yang menetap di dinding usus). Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan, di perut terasa nyeri.
Tanda dan gejala :
1. Anoreksia biasanya tanda pertama.
2. Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar ketempat appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang. Postekal/nyeri terbuka.
3. Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.
F. Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan appendicsitis, sampai pembedahan dapat di lakukan. Cairan intra vena dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48 jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop. Bila operasi dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu menyebabkan ruptur organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda namun karena dianggap sulit dibuat dan klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik dan drainase.
G. Komplikasi
1. Perforasi dengan pembentukan abses.
2. Peritonitis generalisata
3. Pieloflebitis dan abses hati, tapi jarang.
H. Prognosis.
I. Web Of Caution (WOC
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
A. Anamnesa
1. Data demografi.
Nama, Umur : sering terjadi pada usia tertentu dengan range 20-30 tahun, Jenis kelamin, Status perkawinan, Agama, Suku/bangsa, Pendidikan, Pekerjaan, Pendapatan, Alamat, Nomor register.
2. Keluhan utama.
Klien akan mendapatkan nyeri di sekitar epigastrium menjalar ke perut kanan bawah. Timbul keluhan Nyeri perut kanan bawah mungkin beberapa jam kemudian setelah nyeri di pusat atau di epigastrium dirasakan dalam beberapa waktu lalu. Nyeri dirasakan terus-menerus. Keluhan yang menyertai antara lain rasa mual dan muntah, panas.
3. Riwayat penyakit dahulu.
Biasanya berhubungan dengan masalah kesehatan klien sekarang.
4. Riwayat penyakit sekarang
B. Pemeriksaan Fisik.
B1 (Breathing) : Ada perubahan denyut nadi dan pernapasan. Respirasi : Takipnoe, pernapasan dangkal.
B2 (Blood) : Sirkulasi : Klien mungkin takikardia.
B3 (Brain) : Ada perasaan takut. Penampilan yang tidak tenang. Data psikologis Klien nampak gelisah.
B4 (Bladder) : -
B5 (Bowel) : Distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan atau tidak ada bising usus. Nyeri/kenyamanan nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus, yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc. Burney. Berat badan sebagai indikator untuk menentukan pemberian obat. Aktivitas/istirahat : Malaise. Eliminasi Konstipasi pada awitan awal dan kadang-kadang terjadi diare
B6 (Bone) : Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/posisi duduk tegak.
B. Analisis Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Mual, Muntah
DO : BB ↓, anorexia Infeksi epigastrium
Inflamasi dinding usus
Mual dan muntah Nutrisi kurang dari kebutuhan
2 DS : Pasien mengeluh nyeri, rasa sakit di bag. Perut sebelah kanan bawah.
DO : nyeri tekan titik MC Burney Nyeri
3 DS : Mual, muntah
DO : BB menurun, intake cairan menurun, Volume cairan kurang dari kebutuhan
Hipertermi
Intoleran Aktifitas
Kurang pengetahuan
Data Subyektif
a. Rasa sakit di epigastrium atau daerah periumbilikus kemudian menjalar ke bagian perut bawa
b. Rasa sakit hilang timbul
c. Mual, muntah
d. Diare atau konstipasi
e. Tungkai kanan tidak dapat diluruskan
f. Rewel dan menangis
g. Lemah dan lesu
h. Suhu tubuh meningkat
5. Data Obyektif
a. Nyeri tekan titik MC.Burney
b. Bising usus meningkat, perut kembung
c. Suhu meningkat, nadi cepat
d. Hasil leukosit meningkat 10.000 – 12.000 /ui dan 13.000/ui bila sudah terjadi perforasi
Diagnosa keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap infeksi behubungan dengan perforasi pada Apendiks dan tidak adekuatnya pertahanan utama.
2. Volume cairan kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual dan muntah.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terjadinya mual dan muntah.
4. Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan apendiks oleh inflamasi.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi yang ditandai dengan anxietas.
6. Intoleransi Aktifitas berhubungan dengan keadaan nyeri yang mengakibatkan terjadinya penurunan pergerakan akibat nyeri akut.
Intervensi dan Rasional
1. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan dengan perforasi pada Apendiks dan tidak adekuatnya pertahanan utama.
Tujuan :
Kriteria Hasil : Meningkatkan penyembuhan luka dengan benar, bebas tanda infeksi atau inflamasi
No. Intervensi Rasional
1. a. Awasi tanda vital. Perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen.
b. Lakukan pencucian tangan yang baik dan perawatn luka aseptic. Berika perawatan paripurna.
c. Lihan insisi dan balutan. Catat karakteristik drainase luka, adanya eritema.
d. Beriakn informasi yang tepat dan jujur pada pasien
e. Ambil contoh drainage bila diindikasikan.
f. Berikan antibiotic sesuai indikasi/ a. Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis, abses, peritonitis.
b. Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
c. Memberikan deteksi dini terjainya proses infeksi, dan atau pengawasan penyembuhan peritonitis yang telah ada sebelumnya.
d. Penetahuan tenteng kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, membantu menurunkan anxietas.
e. Kultur pewarnaan gram dan sensitifias berguna untuk mengidentifikasi organism penyebab dan pilihan terapi.
f. Mungkin diberikan secara profilaktik atau menurunkan jumlah organism (pada innfeksi yang telah ada sebelumnya) utuk menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya pada rongga abdomen
2. Resiko berkurangnya volume cairan berhubungan dengan adanya mual muntah.
Tujuan :
Kriteria Hasil : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan oleh kelembaban membrane mukosa, turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, dan secara individual haluaran urine adekuat.
No. Intervensi Rasional
1. a. Awasi TD dan nadi
b. Lihat membrane mukosa, kaji turgor ulit dan pengisian kapiler
c. Awasi masuk dan haluaran, catat warna urine, konsentrasi, berat jenis.
d. Auskultasi bising usus. Cata kelancaran flatus, gerakan usus.
e. Berikan sejumlah kecil minuman jernih bila pemasukan oral dimulai dan lanjutkan dengan diet sesuai toleransi.
f. Pertahankan penghisapan gaster/usus
g. Beriakn cairan IV dan elektrolit a. Tanda yang membantu mengidentifikasi fluktuasi volume intravaskuler.
b. Indikator keadekuatan sirkulasi perifer dan hidrasi seluler
c. Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan berat jenis diduga dehidrasi cairan.
d. Indikator kembalinya peristaltic, kesiapan untuk pemasukan per oral.
e. Menurunkan muntah untuk meminimalkan kehilangan cairan.
f. Dekompresi usus, meningkatnya istirahat usus, mencegah muntah
g. Peritonium bereaksiterhadap infeksi dengan menghasilkan sejumlah besar cairan yang dapat menurunkan volume sirkulasi darah, mengakibatkan hipovolemia. Dehidrasi dan dapat terjadi ketidakseimbangan elektrolit.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan terjadinya mual dan muntah.
Kriteria Hasil : BB normal,
No. Intervensi Rasional
1. Berikan nutrisi IV Memenuhi kebutuhan nutrisi klien.
2.
4. Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan apendiks oleh inflamasi.
Tujuan :
Kriteria hasil : Pasien tampak rileks mampu tidur/ istirahat dengan tepat.
No. Intervensi Rasional
1. Pertahankan istirahat dengan posisi semi-fowler Gravitasi melokalisasi eksudat inflamasi dalam abdomen bawah atau pelvis, menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang (supine)
2. Berikan aktivitas hiburan Focus perhatian kembali, meningkatkan relaksasi dan dapat meningkatkan kemampuan koping.
3. Berikan anlgesik sesuai indikasi. Analgesic dapat menghilangkan nyeri yang diderita pasien.
4. Berikan kantong es pada abdomen Menghilangkan dan mengurangi nyeri melalui penghilangan rasa ujung saraf.